Rabu, 29 Juni 2011

Kewajiban Orang Tua Menjamin Kesejahteraan Anak-anaknya

Allah SWT berfirman : ‘Dan hendaklah takut kepada Allah, orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mengucapkan perkataan yang benar (QS AnNisa : 9).

Sahabat Ali RA meriwayatkan dari Ibnu Abbas dia berkata, “ Ayat ini berkaitan dengan seorang yang menjelang ajalnya, ada orang lain mendengar orang ini menyampaikan wasiat yang menyengsarakan ahli warisnya, maka Allah SWT menyuruh orang yang mendengar wasiat tadi untuk mengingatkan orang yang berwaiat terebut agar bertaqwa kepada Allah swt, dan menganjurkan untuk berkata benar serta memperhatiakan ahli warinya jangan sampai terlantar”.

Dalam riwayat lain tatkala Nabi SAW menjenguk SA’ad bin Abiwaqosh, dia berkata, “Wahai Rasulullah aku memiliki kekayaan sedang ahli warisku hanya seorang anak perempuan, apakah saya boleh menyedekahkan 2/3 dari harta saya?” Rosul bersabda “tidak boleh”. Sa’ad berkata “bagaimana kalau setengahnya?” Rosul bersabda “ tidak boleh”. Saad berkata, “bagaimana kalau 1/3 nya?” Rosul bersabda “boleh”. “1/3 sudah cukup banyak, sesungguhnya jika kamu meninggalkan ahli waris berkecukupan itu lebih baik bagimu daripada meninggalkan dalam keadaan kekurangan sehingga ia mengharapkan belas kasihan orang lain.”

Ayat dan hadis diatas memberikan pemahaman bagi kita betapa penting mempersiapkan bekal buat anak-anak kita sehingga saat kita meninggalkan mereka, keadaan anak-anak kita benar-benar dalam kondisi baik selain dengan bekal keimanan yang kuat juga bekal financial yang cukup agar tidak menjadi generasi yang lemah dan mengharap belas kasihan dari orang lain.

Bagaimana kita mempersiapkan bekal buat anak-anak kita bahkan bekal hari tua kita agar saat memasuki masa pensiun dimana kita secara fisik tidak lagi productive namun kita tetap memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin komplek.

Persiapkan Tujuan Keuangan Mulai Sekarang…!!

Tujuan keuangan adalah segala sesuatu yang hendak dilakukan dan memerlukan dana yang cukup besar (diluar kebiasaan), diantaranya :

a. Biaya kuliah anak
b. Dana Pensiun/jaminan hari tua
c. Biaya jalan-jalan ke luar negeri/Naik haji
d. Membeli kendaraan atau rumah baru
e. Biaya pernikahan anak
f. Biaya rumah sakit jika terpaksa harus dirawat.
g. Dana Warisan untuk keluaraga
h. Dana Warisan keluarga, dll

Merancang tujuan keuangan berarti mempersiapkan dana yang diperlukan pada waktu tertentu (hari tua) dengan cara menyimpan secara rutin dalam jangka waktu tertentu (biasanya 10 tahun atau lebih) hingga tercapai jumlah yang diharapkan.

Persiapan akan berjalan efektiv jika dilakukan lebih awal, semakin cepat semakin baik. Misalkan kita siapkan dana kuliah anak, akan lebih baik jika kita lakukan sejak anak duduk di bangku SD, maka hal ini akan lebih efektive dan kemungkinan berhasil akan lebih besar.

Kenyataannya, semakin lanjut usia seseorang, kebutuhan hidup akan semakin kompleks. Disisi lain kemampuan mendapatkan penghasilan akan semakin menurun bahkan tidak berpenghasilan. Hal ini tentu akan berpengaruh pada pola hidup yang tadinya serba cukup, menjadi serba terbatas.

Agar hal ini tidak terjadi -kehidupan kita tetap stabil meskipun tidak lagi produktif- maka kita perlu membuat perencanaan keuangan jangka panjang. Namun jangan salah metode dalam merancang keuangan Anda agar kisah Keluarga Pak Sabar tiak terjadi pada kita.

Selasa, 21 Juni 2011

Menabung di Bank adalah cara konfensional

Membersiapkan dana untuk tujuan-tujuan keuangan kita, terutama untuk memenuhi kebutuhan dimasa yang akan datang (baca: masa pensiun) sebaiknya dilakukan sejak sekarang, pada saat kita masih produktif dan mampu mendatangkan penghasilan.

Cara yang umum dilakukan orang adalah menabung di Bank, dengan mendisiplinkan diri menyisihkan sebagian penghasilannya secara rutin, baik bulanan, triwulanan atau tahunan. Dengan mendisiplinkan diri menabung secara rutin, diharapkan akan terkumpul sesuai yang direncanakan, sehingga tujuan-tujuan keuangan akan tercapai.

Cara seperti ini sebetulnya lebih cocok dipilih, hanya untuk merancang tujuan-tujuan keuangan jangka pendek (dibawah lima tahun), namun jika kita bermaksud merencanakan tujuan keuangan jangka panjang, hal ini tidak akan efektiv dengan beberapa pertimbangan berikut :

a. Uang tabungan bersifat liquid dan dapat diambil kapan saja. hal ini tentu saja akan menggoda para pemilik tabungan untuk mengambil dana simpanannya jika ada kebutuhan yang dianggap mendesak, sehingga ada kemungkinan tujuan keuangan yang telah direncanakan tidak akan berhasil.

b. Tingkat inflasi yang terjadi setiap tahun, akan menurunkan nilai uang simpanan kita karena tingkat suku bunga lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi. Jadi secara matematis menyimpan uang di bank untuk jangka panjang akan merugikan kita sendiri.

c. Jika terjadi hal yang tidak terduga pada diri kita, misalkan terkena penyakit kritis -naudzubillahi min dzalik- kemungkinan besar kita tidak bisa melanjutkan tabungan kita, bahkan uang yang sudah terkumpul boleh jadi akan diambil untuk biaya berobat. Kalau hal ini terjadi bisa dipastikan tujuan keuangan kita tidak akan tercapai.

Dengan demikian perlu ada terobosan dalam merencanakan keuangan agar semua tujuan keuangan bisa tercapai dengan segala kemungkinan yang akan kita alami.

Kisah Kelam Sebuah Keluarga

Kisah ini adalah kejadian nyata yang terjadi pada seorang tetangga saya. Saya ceritakan ini hanya sebagai gambaran betapa pentingnya mempersiapkan tujuan keuangan dengan cara yang cerdas dan bijaksana.

Sebut saja namanya Pak Sabar (bukan nama sebenarnya). Beliau seorang kepala keluaraga yang terbilang cukup mapan, karena selain berpropesi sebagai ustadz dia juga punya keahlian yang bisa mendatangkan penghasilan. Usianya baru 40 tahunan. Beliau memiliki tiga orang anak, yang pertama laki-laku sudah kelas tiga SMA, yang kedua laki-laki kelas 2 SMP, dan yang ketiga perempuan kelas satu SD.

Sejauh ini tidak ada masalah dengan keuangan keluarganya. Bahkan anak-anaknya bisa menabung di Sekolah masing-masing untuk cadangan kebutuhan tahun berikutnya. Beliau sendiri sudah mempersiapkan tabungan untuk biaya kuliah anak pertamanya. Seluruh keluarga berbahagia dengan situasi kehidupan yang serba cukup, meskii tidak tergolong keluarga yang kaya raya.

Namun taqdir menentukan lain, beberapa bulan menjelang kelulusan anak pertamanya dari SMA, dan menyiapkan pilihan berbagai Perguruan Tinggi untuk melanjutkan kuliah, sang ayah mengalami sakit kritis. Paru-parunya telah rusak oleh akibat kebiasaan merokok yang tidak terkontrol, sehingga harus menjalani pengobatan yang intensive mulai dirawat di RS hingga rawat jalan.

Meski demikian semangat untuk melanjutkan kuliah bagi anak pertamanya tetap berkobar. Sampai anaknya lulus tes di UIN Jakarta, bahkan sudah membayar sebagian biaya masuk. Perlu diketahui, anaknya termasuk pelajar yang berprestasi. Sejak SD hingga SMA selalu meraih ranking satu atau paling rendah ranking dua. hal ini tentu cukup menjadi alasan bagi sang ayah untuk melihat keberhasilan anaknya meraih cita-citanya.

Satu bulan menjelang anaknya masuk kuliah, sakit Pak Sabar semakin parah. dan akhirnya taqdir Allah tidak bisa ditolak. Beliau menghadap keharibaanNYa. Dapat dibayangkan betapa dalam kesedihan yang dirasakan oleh istri dan anak-anak beliau. semua harapan musnah seketika, dan kondisi ekonomi keluarga berubah 180 derajat.

Kini sang Istri harus berupaya mencari penghasilan untuk menghidupi anak-anaknya. Begitupun anak pertama yang sedianya harus kuliah, sekarang harus bekerja banting tulang untuk menopang kebutuhan hidup keluarga. Cita-cita untuk meraih gelar sarjana tinggal hanya mimpi, karena adik-adik yang masih perlu biaya dan perhatian menjadi tanggung jawabnya.

Ternya meskipun Pak Sabar sudah menyiapkan tabungan untuk mencapai tujuan keuangan -dalam hal ini biaya kuliah anak pertamanya- harus meninggalkan keluarga dalam kondisi yang memprihatinkan. Tujuan keuangan yang sudah dirancang tidak mampu mengcover kondisi yang dialami Pak Sabar dan keluarganya.

Melihat pengalaman Keluarga Pak Sabar, tentu kita harus lebih cerdas mempersiapkan kebutuhan masa depan sehingga mampu mengantisipasi berbagai kondisi yang tidak kita harapkan, agar tujuan-tujuan keuangan keluarga tidak berantakan (tercapai sesuai rencana).

Senin, 20 Juni 2011

Sayangi Keluarga Kita

Keluarga kita yang menjadi tanggung jawab langsung atas kehidupan mereka adalah istri dan anak-anak kita. Mereka sepenuhnya bergantung kepada kita sebagai suami dan ayah anak-anak, terutama dalam hal kebutuhan financial.

Mereka adalah buah hati dan curahan kasih sayang kita. Keberadaan mereka sangat berarti buat kita, buat kehidupan kita. Karena mereka kita menjadi seorang pemimpin dalam rumah tangga dan teman-teman serta lingkungan mengenal mereka sebagai bagian dari hidup kita.http://www.blogger.com/img/blank.gif

Tentu saja kita tidak ingin mengalami sebagaimana yang dialami oleh keluarga Pak Sabar yang bernasib tragis saat beliau mengalami hal yang tidak terduga -sakit kritis & meninggal dunia- karena kurang cerdas dalam melakukan persiapan financial untuk tujuan keuangan keluarganya.

Olehkarena keluarga merupakan aset yang paling berharga buat kita, maka curahan kasih sayang buat mereka semestinya diberikan secara total, sehingga mereka merasakan manfaat dan perhatian kita pada saat kita bersama-sama mereka, bahkan ketika kita harus meninggalkan mereka.

Wujudkan kasih sayang kita buat mereka di FRULINGK SYARI'AH

Merencanakan Dana Pensiun Satu Milyar

Salah satu tujuan keuangan yang harus direncanakan sejak dini, adalah dana pensiun. Tak perduli Anda sebagai pegawai negeri, pegawai swasta, buruh pabrik ataupun pengusaha, dana pensiun tetap harus menjadi perhatian.

Banyak hal yang bisa dilakukan manakala kita memiliki dana di usia pensiun. Menikmati hidup dengan serba kecukupan, cadangan dana kesehatan, jalan-jalan ke luar negeri (umroh/haji), membeli vila di kawasan wisata, membeli mobil mewah atau memaksimalkan peran sosial di Masyarakat dengan mendirikan Yayasan sosial.

Semua itu bisa terwujud jika memiliki dana tunai dalam jumlah yang cukup besar, katakanlah satu milyar.

Jika usia Anda saat ini 30 tahun, dan Anda berencana memasuki masa pensiun pada usia 60 tahun, maka Anda perlu merencanakan tabungan atau investasi yang nilainya akan mencapai angka satu milyar pada saat usia Anda memasuki masa pensiun.

Dalam prulink syari'ah, Anda cukup menabung 500 ribu setiap bulan selama 10 tahun, maka pada usia pensiun Anda akan memiliki dana hingga satu milyar. Mungkinkah itu ..? bagaimana prosesnya..?

Dalam prulink syari'ah dana tabungan Anda akan diinvestasikan di pasar modal syari'ah, sehingga nilainya akan terus berkembang seiring perkembangan nilai investasi di pasar modal.

Dengan demikian, Anda hanya menyisihkan sebagian penghasilan Anda setiap bulan sebesar 500 ribu, dan komitment untuk terus menabung selama sepuluh tahun. Dan setelah sepuluh tahun, atau usia Anda 40 tahun, Anda tidak lagi 'diwajibkan' menabung secara rutin -meski tetap diperbolehkan jika ingin terus menabung- dan seterusnya bisa merancang tujuan keuangan yang lainnya.

Saat memasuki usia pensiun, Anda tinggal menikmati hasil investasi bersama keluarga tercinta Anda.

Satu hal lagi, di frulink syari'ah Anda juga mendapatkan proteksi (perlindungan) nilai ekonomi jika hal yang tidak terduga terjadi pada diri Anda, sehingga keluarga akan dicover dari segi financial.

Untuk lebih jelas mengenai prulink syari'ah silahkan lihat DISINI